Drosera Di
Balik Senja
By Kiki Amalia at her FB Note’s 24 Agustus 2012
Deretan garis warna warni seolah menyapa pagi pada hari itu,
memantulkan sinar nya melalui celah celah tulang dedaunan hingga sampai pada
embun pagi yang suci, begitu murni ketika tersentuh jemari nya, Shane
tersenyum, di tatap nya deretan warna dari frekuensi terkecil bernama merah
sampai frekuensi terbesar yang sering di sebut ungu di atas langit sana. Ia
selalu suka momen itu, ketika suhu permukaan samudra pasifik dan pantai peru
ekuador menurun drastis, membawa angin serta awan hujan ke australia dan asia
selatan, termasuk negara nya. Masa yang sering mereka sebut La Nina, membawa
hujan sepanjang hari, lalu dengan alamiah, terciptalah lengkungan indah bernama
pelangi. Ia tak pernah membayangkan bahwa pelangi sebenar nya adalah sisa sisa
hujan, yang tembus cahaya karna berinteraksi dengan sinar matahari, jika sisa
hujan saja
seindah itu, ia tak bisa membayangkan betapa indah nya proses presipitasi itu sendiri. '' hanya ingin melihat pelangi ? Ada fatamorgana di jalan '' sahutan itu membangunkan nya dari lamunan antah berantah, di tatap nya lelaki itu dengan senyuman termanis yang pernah ia punya, lalu dengan langkah kecil, ia berjalan menuju tempat lelaki itu berdiri, '' lain kali, kau harus menunjukkan ku aurora '' pinta nya, Nicky tersenyum licik, '' bodoh, aurora hanya ada di daerah tundra ''
'' lalu kenapa? Aku siap pergi ke tundra ''
'' kau saja, aku tak mau terjangkit hipotermia''
'' emmm... Setidak nya taiga, itu sudah cukup'' Nicky tertawa kecil, di dorong nya pundak sahabat nya itu dengan kasar, hingga membuat nya terdorong beberapa centimeter ke depan. '' apa? Kau iri ? '' ketus nya, tersenyum licik. '' untuk apa aku iri ? Apa yang ada di sana? Daun berbentuk konifer? Di sekolah kita juga banyak '', Shane hanya diam, ekspresi wajah nya menggambarkan bahwa ia tak ingin berbicara, sementara mulut nya asik komat kamit, mengulangi kalimat Nicky di dalam hati nya.
***
Mereka duduk di pelataran bandara dengan kaki yang tak henti bergoyang, menunggu memang pekerjaan paling membosankan di dunia, tapi setiap orang tak pernah tau betapa melonjak nya hati mereka ketika proses menyebalkan itu mencapai titik akhir, hingga mereka tak sadar lagi jika tiba tiba kerongkongan mereka seolah diterpa musim kemarau, ya... Tentu saja mereka tak sadar telah menghabiskan tenaga mereka untuk menjerit.
Mark berusaha keluar dari pelukan Nicky dan Shane yang membuat nya semakin kehilangan kemampuan melakukan respirasi, ia tertawa kecil, lalu ia melemaskan otot otot nya hingga kini ia biarkan lutut menumpu tubuh nya yang terduduk. Tangan nya meraba butiran pasir yang terasa lembap, lalu ia menongak ke atas, mata nya berbinar dengan cepat ketika ia sadar betapa dekat nya ia dengan pelangi sekarang, '' La Nina ? '' tanya nya, Shane tersenyum sembari merentangkan kedua tangan nya, '' ya... Tepatnya, La Nina Paradise '', entah kenapa, tiba tiba mereka melonjak lonjak kegirangan tanpa pernah perduli dimana mereka berada sekarang.
'' aku rasa kau merindukan markas kita '' sahut Nicky ketika bus yang mereka tumpangi baru saja menerbangkan debu ke wajah mereka, Mark menaikkan alis nya dengan lengkungan bibir yang sempurna sebagai pemanis, '' kau tau, bahkan aku tak punya alasan untuk menghapus nya dari ingatanku meski sedetik saja ''. '' Ohh... Itu sungguh manis sayang '' komentar Shane yang menggelikan hanya menjadi korban hempasan angin setelah Mark sadar dimana kaki nya menginjak sekarang. Ia berlari sambil terus menepis daun cemara yang membentang di sepanjang jalan, '' Hey.. Kalian tahu! Aku selalu merasa sedang membuka pintu istana setiap kali menyentuh daun konifer ini '' seru nya, Shane dan Nicky hanya tersenyum sembari terus mengikuti kecepatan berlari sahabat nya itu.
'' mana Brian dan Kian? Jangan bilang mereka masih sibuk dengan Drosera mereka '' tanya Mark ketika ia baru saja mendaratkan pantat nya di permukaan tanah yang berbentuk perbukitan mungil.
'' ya.... Mungkin saja... Ku rasa sebentar lagi mereka datang '' sahut Nicky, Mark tersenyum. Ia meraba batu besar berbentuk prasasti yang berdiri kokoh di samping nya, di sana tertulis sebait syair indah yang selalu mampu membuat air mata nya menetes. '' so here we are, in our secret place, where the sound of the crowd is so far away '' ia meraba tulisan itu, terbesit di ingatan nya tentang betapa konyol nya mereka ketika itu. berusaha menggoreskan batu yang keras dengan tanah liat yang lunak, namun siapa tahu? Tanah liat itu malah membeku dan abadilah tulisan itu di sana.
Mark, Shane, Kian, Brian dan Nicky adalah lima sahabat yang selalu menghabiskan waktu mereka bersama sejak berada di tingkat 1 Primary School. Mereka punya tempat rahasia di selatan kota yang terdiri dari puluhan pohon cemara, namun ketika kau masuk lebih jauh ke dalam, kau akan menemukan tanah lapang yang bergelombang bagai bukit bukit kecil. Dan disanalah mereka menghabiskan separuh dari waktu mereka hingga tempat itu tak lagi tersentuh sejak Mark dan Keluarganya pindah ke Oviedo dan melanjutkan sekolah di sana.
Beberapa jam telah berlalu, dan Mark sudah tak tahan lagi menunggu, jadi ia bertanya dengan nada sedikit marah,
'' baiklah! Aku rasa aku tak sanggup lagi menunggu, dimana mereka? '' Shane mengangkat kedua bahu nya, sementara Nicky mulai terlihat kalang kabut, jadi ia menjawab seadanya.
'' emm, aku rasa mereka masih sibuk dengan Drosera ''
'' Oh... Bagus sekali, mereka lebih memilih Drosera dari pada aku ? ''
'' Mark! Kau tau kan, mereka... Mereka selalu lupa waktu setiap kali mereka bertemu dengan Drosera, dan... Itu selalu terjadi ''
'' ohh ya... Kau benar Nicky, bodohnya aku ''. Nicky tak tau lagi harus menjawab apa, jadi ia menyenggol bahu Shane, yang saat itu membisu seolah mulut nya tergembok dan kunci nya hilang entah kemana, namun ia masih mencoba berbicara, sesulit apapun itu. '' kurasa lebih baik kita ke rumah mereka sekarang '' Mark yang sedari tadi masih celingak celinguk segera merespon,
'' oh ya! Ide bagus Shane ''. Mereka pun pergi ke rumah Brian dan Kian, yang memang masih memiliki hubungan saudara dan tinggal serumah,
***
'' HEY MARK! I MISS YOU SO FUCKING MUCH! '' jeritan itu terdengar bahkan ketika mereka belum sampai di depan pagar, Mark tersenyum, ia biarkan amarah nya meleleh dalam hangatnya pelukan kerinduan itu. '' baiklah.. Mana Brian? '' tanya nya. Tak ada yang mau menjawab, hingga seseorang muncul dari balik pintu dan berkata, '' Hey Mark, tampak nya kau merindukanku setengah mati ya '' Mark hanya diam, wajah nya terpaku dan kelopak mata nya menolak untuk berkedip. '' ayolah... Kau tak ingin memelukku? '' Mark masih terpaku dalam diam, untuk pertama kali nya, ia lupa bagaimana cara menggerakkan tubuh nya. '' kau... ? '' ia mulai memaksa lidah nya untuk bergerak.
'' ya, aku? Kenapa aku? Apa aku terlalu tampan untuk kau ingat? '' ia tertawa kecil, ya... Mata nya tak salah menangkap bayangan, itu Brian, lelaki yang terduduk lemas di atas kursi roda itu adalah Brian, lelaki yang kulit wajah nya mengkerut itu adalah sahabat yang dulu ia kenal sangat tampan, lelaki yang rambut nya memutih dan semakin menipis itu adalah teman paling konyol yang pernah ia kenal, lelaki yang tubuh nya terlihat semakin kurus itu adalah Brian, ya... Brian. Lalu apa yang terjadi pada nya?...
'' leukimia '' sahut Kian tiba tiba, Mark menghela nafas pelan, lalu di peluk nya Brian dengan desahan nafas yang terdengar semakin tak teratur, '' ayolah Mark, aku sedang tak mencuri permen karetmu kan? '' sahut Brian dengan nada sekonyol yang ia bisa, Mark tak mampu tersenyum, yang ada di fikiran nya adalah seberapa jahat nya ia pada sahabat nya itu.
***
Mereka berkumpul di pelataran teras sambil berdiskusi apa yang harusnya mereka lakukan di malam Tahun Baru.
'' Aku rasa sudah cukup berkumpul dengan beberapa jagung bakar '' usul Nicky,
'' tidak! Itu terlalu biasa, bagaimana kalau kita pergi ke Grenada? '' ketus Mark,
'' hey Mark! Kau gila! Kita tak mungkin membawa Brian pergi jauh! '' Kian kekeh tak setuju
'' sebegitu lemah nya kah aku dimatamu, Kian? '' sahut Brian tiba tiba, lalu ia berlalu dengan kursi roda nya, Kian berusaha mengejar, namun langkah nya terhenti dengan cepat, secepat Mark menggenggam tangan nya. '' apa keadaan semakin memburuk setelah aku kembali ? '' tanya Mark, '' bahkan sebelum kau kembali '' jawaban Shane seolah membuat suasana La Nina berubah panas tanpa kesejukan.
***
Mark berjalan menuju cabin kecil tempat Kian dan Brian membudidayakan Drosera mereka, berharap ia bisa menemukan Brian dan berbicara tentang apapun yang bisa lelaki itu katakan pada nya. Ia membuka pintu dan menemukan Brian sedang bermain dengan satu pot drosera yang berwarna kemerahan, kelopak nya menganga dan mengeluarkan tentakel berlendir yang siap menerkam golongan plantae kecil yang berterbangan di sekitar nya. '' hai Brian '' sapa nya, lelaki itu menoleh, lalu dengan cepat meletakkan tumbuhan itu dan membalas sapaan Mark. '' aku tak menyangka kau bisa merawat semua ini '' sahut Mark dengan mata yang tak henti menatap sekeliling, Cabin kecil itu penuh dengan Drosera di setiap sisi nya, terkadang terlihat mengerikan jika setiap kelopak bunga itu sempat membuka dan mengeluarkan tentakel berlendir mereka dengan gerakan serentak, namun setidak nya Mark tahu, pencernaan drosera tidak sebesar Rafflesia, jadi bunga itu tak mungkin memakan manusia.
'' bukan hanya aku, Kian juga banyak membantu '' Mark tersenyum. Di sudut jendela Cabin, ia melihat satu pot Drosera yang berbeda, warna nya memang sama sama merah bercampur hijau, termasuk pot nya yang juga berwarna hitam, namun ada banyak amplop kecil tergantung di sana. '' apa ini? Kau menulis harapan di dalam nya? '' tanya Mark, Brian tersenyum.
'' ya... Seperti penduduk Jepang ''
'' kau tak menggunakan sasa? Atau sakura?''
'' aku rasa tidak perlu, Drosera lebih indah dari itu ''
'' boleh aku membaca nya ''
'' ya... Tentu saja, jika kau bisa mengabulkan sekian banyak amplop itu '' Mark tertawa kecil, tanpa pikir panjang, ia ambil satu amplop dengan hati hati, lalu di baca nya perlahan.
'' Puerta Del Sol, pesta ulang tahun dan tahun baru terakhir dengan 12 buah anggur yang penuh cinta '' Mark terdiam beberapa saat, entah kenapa, ia seperti mendapatkan solusi tentang perayaan Tahun Baru nanti. Ia berjalan ke arah Brian dan duduk di samping Lelaki itu. '' sudah? Cepat sekali .... '' sahut Brian.
'' ya... Aku hanya butuh satu amplop ''
'' kenapa ? ''
'' hey... Ayolah.. Kau pikir aku bisa mengabulkan semua permintaan konyolmu? '' Brian tertawa kecil, '' apa semua itu konyol? '' tanya nya.
'' entahlah... Aku baru membaca satu, tapi aku rasa iya. Apa yang tak konyol dari dirimu? '' Brian tersenyum kecil, namun tiba tiba ia menunduk pelan, '' penyakit ini, ini semua tidak konyol Mark '' Mark terdiam untuk beberapa saat, ia tau seberapa besar dosa nya pada sahabatnya itu, karna ia sama sekali tak berada di sisi Brian ketika ia sakit.
'' Brian, God knows you are strong. And God knows you can '' sahutnya sembari menepuk kecil bahu Brian. Brian hanya menghela nafas pelan, lalu ia kembali mengelus elus kelopak Drosera yang menutup,
'' kau tau Mark, aku pikir aku adalah Drosera, yang peka, dan kuat. Aku pikir aku bisa seindah mereka ketika terbias senja, dan entah kenapa, aku selalu berfikir kalian lah senja itu. Karna senja adalah kekuatan, sumber keindahan, dan aku tau seberapa bahagia nya setiap drosera ketika langit mulai tergores senja. Namun aku sadar, aku tak sekuat Drosera, tak sepeka Drosera, tak seindah Drosera. Tapi Mark, aku tau aku masih punya senja, kalian semua.. Ya, yang bisa membuat aku kuat, setidaknya, merasa kuat '' Mark masih diam, ia tahu ia tak perlu menjawab apapun, karna pelukan penuh kehangatan sudah lebih dari cukup sekarang. '' kau tau Mark, aku beruntung memiliki sahabat seperti kalian '' Mark mendesah pelan, kini ia tak tahan untuk tak menangis, '' katakan padaku, apa yang bisa aku lakukan untuk menebus dosaku? '' tanya nya
'' dosa? Dosa apa? ''
'' Brian, apa aku tak jahat dimatamu? Aku sama sekali tak tau kau sakit? Dan kalian, tak satupun yang memberitahuku''
'' Semua terjadi begitu cepat Mark, dan kau... Aku hanya tak ingin merusak hidup indahmu di Oviedo ''
'' mulia sekali Brian, tapi hidupku terasa datar di sana. ''
'' kau yakin? ''
'' ya.. Datar, seperti wajahmu '' Brian tertawa kecil, yang bisa ia tangkap saat itu adalah, Mark, sedang berusaha menghiburnya.
'' lelucon macam apa itu '' protes nya
'' entahlah, aku tak mengerti jenis jenis lelucon sayang ''. Mereka tak bisa menyembunyikan tawa mereka sore itu, dari celah celah ventilasi Cabin, mereka tahu senja sedang mengintip mereka dan tersenyum di atas sana.
***
Malam ini adalah malam pergantian musim, sekaligus malam penambahan umur bagi Brian. Dulu, ketika mereka masih bersama, biasa nya mereka menghabiskan waktu semalaman di markas rahasia dan mengumpulkan beberapa helai daun cemara, ketika jam besar telah berdentang 12 kali, mereka akan menaikkan lampion lilin yang mereka isi dengan daun yang mereka petik, hingga ketika lampion itu terbang, cahaya lilin yang temaram membuat daun daun konifer yang mengkilat kilat itu terlihat sedang berusaha mengintip. Namun sekarang berbeda, Mark, Shane, Kian, dan Nicky telah sepakat untuk membawa Brian ke Ibu Kota, di KM O kota Madrid, Puerta Del Sol. Tempat bersejarah dimana seluruh penduduk Spanyol akan berkumpul di depan jam besar pada malam tahun baru, ketika jam menunjukkan pukul OO.OO dan berdentang 12 kali, setiap orang akan memakan 12 anggur satu per satu, dentang pertama untuk anggur pertama, dentang kedua untuk anggur ke dua. Hingga di dentang ke dua belas, mulut mereka penuh dengan 12 buah anggur.
Lima sekawan menyatu bersama ribuan penduduk spanyol yang tumpah ke jalanan. Pada malam ini, tak ada satu kendaraan pun yang bisa masuk ke jalan, semua penuh luapan penduduk.
'' aku rasa kita bisa bertemu Raquel Del Rosario di sini '' sahut Shane
'' ohh tentu saja bisa Shane, siapa lagi yang mau kau temui? Alonso? Atau bahkan pangeran Charles dan Ratu Elizabeth? '' jawab Nicky ketus, mereka hanya tertawa, sementara Nicky mendapat pukulan ringan dari Shane yang mendarat di bahu nya.
Mereka sampai di Puerta Del Sol ketika tempat itu seperti sudah menjadi lautan manusia. Digenggaman tangan mereka sudah ada 12 anggur yang siap masuk ke mulut mereka di malam tahun baru nanti.
Jarum jam raksasa di Puerta Del Sol mulai merangkak dari satu angka ke angka yang lain, hingga ia sampai di angka terakhir, 12. Tak ada suara lain yang terdengar pada detik itu, semua hening, kecuali dentangan jarum jam yang diiringi dengan masuknya anggur satu per satu ke mulut seluruh warga Spanyol. Mereka tertawa, tak sedikit dari mereka yang menyipratkan anggur yang telah mendarat di lidah mereka sebelum nya, Brian salah satu nya, ia tak mampu menahan tawanya hingga 12 anggur itu berebut keluar dari mulut nya. Brian menoleh ke samping, berniat untuk melihat ekspresi konyol para sahabatnya, namun tak ada satupun dari mereka di sana, '' Mark! Shane! '' panggil nya, namun tak ada jawaban. Ia mencoba menembus keramaian dengan kursi roda nya sambil terus menjerit, '' Kian, Nick... Kalian dimana? '' masih tak ada jawaban, tiba tiba ada seseorang yang menyenggol bahu nya, '' Kau Brian? '' tanya nya, Brian mengangguk, lalu orang itu memberinya setangkai bunga Drosera yang terbuat dari kertas, '' Jalan terus ya, ke arah patung Beruang '' ia tak mengerti apa maksud orang itu, namun ia tak punya pilihan lain, jalan terus, ke arah patung Beruang.
Brian terus mendorong kursi nya menuju patung Beruang, semakin ia mendekat ke arah patung itu, semakin banyak orang yang memberi nya bunga Drosera yang terbuat dari kertas. Hingga ia sampai di depan patung Beruang yang sedang menggigit daun pohon Madrono di tengah tengah Puerta Del Sol, semua orang tiba tiba bertepuk tangan sambil bernyanyi, '' feliz cumple Brian, feliz cumple Brian, feliz cumple, feliz cumple, feliz cumple Brian.... '' lalu Mark, Kian, Shane dan Nicky muncul dari balik pohon Madrono dengan setangkai bunga Drosera kertas. '' untuk melengkapi umur mu malam ini, Feliz cumple Mi Amigo '' Brian tersenyum, baru di sadari nya ada 16 bunga Drosera kertas di tangan nya, dan Drosera yang baru saja ia terima, menjadi pelengkap umurnya tahun ini, 17. '' happy sweet 17th mi amigo '' sahut Shane, Brian tersenyum, '' muchas gracias '' jawabnya, dari balik kelopak matanya, ada ribuan tetes air mata yang memaksa untuk keluar, hingga ia tak mampu untuk tetap menahan nya.
***
Malam ini, ketika kami tak bisa memberikan apapun, kami tahu kami masih punya sedikit harapan untuk membuat mu tersenyum. kami tahu, kami tak punya banyak waktu untuk terus menunggu, meski kau masih di sini sekarang, kami tahu kau akan segera pergi, setidaknya.... semua orang memang akan pergi kan?...
Brian... Kau memang kuat, kuat seperti Drosera, peka seperti Drosera, dan indah seperti Drosera. kau lah Drosera itu, Drosera di balik senja, Drosera milik kami.
'' we meet by chance and fall into a '' friendship '', now our differences keep us strong making our friendship grow more and more through the passing time, you are the best thing ever been mine :) ''
THE END
i join the westlife author writing competition :)
seindah itu, ia tak bisa membayangkan betapa indah nya proses presipitasi itu sendiri. '' hanya ingin melihat pelangi ? Ada fatamorgana di jalan '' sahutan itu membangunkan nya dari lamunan antah berantah, di tatap nya lelaki itu dengan senyuman termanis yang pernah ia punya, lalu dengan langkah kecil, ia berjalan menuju tempat lelaki itu berdiri, '' lain kali, kau harus menunjukkan ku aurora '' pinta nya, Nicky tersenyum licik, '' bodoh, aurora hanya ada di daerah tundra ''
'' lalu kenapa? Aku siap pergi ke tundra ''
'' kau saja, aku tak mau terjangkit hipotermia''
'' emmm... Setidak nya taiga, itu sudah cukup'' Nicky tertawa kecil, di dorong nya pundak sahabat nya itu dengan kasar, hingga membuat nya terdorong beberapa centimeter ke depan. '' apa? Kau iri ? '' ketus nya, tersenyum licik. '' untuk apa aku iri ? Apa yang ada di sana? Daun berbentuk konifer? Di sekolah kita juga banyak '', Shane hanya diam, ekspresi wajah nya menggambarkan bahwa ia tak ingin berbicara, sementara mulut nya asik komat kamit, mengulangi kalimat Nicky di dalam hati nya.
***
Mereka duduk di pelataran bandara dengan kaki yang tak henti bergoyang, menunggu memang pekerjaan paling membosankan di dunia, tapi setiap orang tak pernah tau betapa melonjak nya hati mereka ketika proses menyebalkan itu mencapai titik akhir, hingga mereka tak sadar lagi jika tiba tiba kerongkongan mereka seolah diterpa musim kemarau, ya... Tentu saja mereka tak sadar telah menghabiskan tenaga mereka untuk menjerit.
Mark berusaha keluar dari pelukan Nicky dan Shane yang membuat nya semakin kehilangan kemampuan melakukan respirasi, ia tertawa kecil, lalu ia melemaskan otot otot nya hingga kini ia biarkan lutut menumpu tubuh nya yang terduduk. Tangan nya meraba butiran pasir yang terasa lembap, lalu ia menongak ke atas, mata nya berbinar dengan cepat ketika ia sadar betapa dekat nya ia dengan pelangi sekarang, '' La Nina ? '' tanya nya, Shane tersenyum sembari merentangkan kedua tangan nya, '' ya... Tepatnya, La Nina Paradise '', entah kenapa, tiba tiba mereka melonjak lonjak kegirangan tanpa pernah perduli dimana mereka berada sekarang.
'' aku rasa kau merindukan markas kita '' sahut Nicky ketika bus yang mereka tumpangi baru saja menerbangkan debu ke wajah mereka, Mark menaikkan alis nya dengan lengkungan bibir yang sempurna sebagai pemanis, '' kau tau, bahkan aku tak punya alasan untuk menghapus nya dari ingatanku meski sedetik saja ''. '' Ohh... Itu sungguh manis sayang '' komentar Shane yang menggelikan hanya menjadi korban hempasan angin setelah Mark sadar dimana kaki nya menginjak sekarang. Ia berlari sambil terus menepis daun cemara yang membentang di sepanjang jalan, '' Hey.. Kalian tahu! Aku selalu merasa sedang membuka pintu istana setiap kali menyentuh daun konifer ini '' seru nya, Shane dan Nicky hanya tersenyum sembari terus mengikuti kecepatan berlari sahabat nya itu.
'' mana Brian dan Kian? Jangan bilang mereka masih sibuk dengan Drosera mereka '' tanya Mark ketika ia baru saja mendaratkan pantat nya di permukaan tanah yang berbentuk perbukitan mungil.
'' ya.... Mungkin saja... Ku rasa sebentar lagi mereka datang '' sahut Nicky, Mark tersenyum. Ia meraba batu besar berbentuk prasasti yang berdiri kokoh di samping nya, di sana tertulis sebait syair indah yang selalu mampu membuat air mata nya menetes. '' so here we are, in our secret place, where the sound of the crowd is so far away '' ia meraba tulisan itu, terbesit di ingatan nya tentang betapa konyol nya mereka ketika itu. berusaha menggoreskan batu yang keras dengan tanah liat yang lunak, namun siapa tahu? Tanah liat itu malah membeku dan abadilah tulisan itu di sana.
Mark, Shane, Kian, Brian dan Nicky adalah lima sahabat yang selalu menghabiskan waktu mereka bersama sejak berada di tingkat 1 Primary School. Mereka punya tempat rahasia di selatan kota yang terdiri dari puluhan pohon cemara, namun ketika kau masuk lebih jauh ke dalam, kau akan menemukan tanah lapang yang bergelombang bagai bukit bukit kecil. Dan disanalah mereka menghabiskan separuh dari waktu mereka hingga tempat itu tak lagi tersentuh sejak Mark dan Keluarganya pindah ke Oviedo dan melanjutkan sekolah di sana.
Beberapa jam telah berlalu, dan Mark sudah tak tahan lagi menunggu, jadi ia bertanya dengan nada sedikit marah,
'' baiklah! Aku rasa aku tak sanggup lagi menunggu, dimana mereka? '' Shane mengangkat kedua bahu nya, sementara Nicky mulai terlihat kalang kabut, jadi ia menjawab seadanya.
'' emm, aku rasa mereka masih sibuk dengan Drosera ''
'' Oh... Bagus sekali, mereka lebih memilih Drosera dari pada aku ? ''
'' Mark! Kau tau kan, mereka... Mereka selalu lupa waktu setiap kali mereka bertemu dengan Drosera, dan... Itu selalu terjadi ''
'' ohh ya... Kau benar Nicky, bodohnya aku ''. Nicky tak tau lagi harus menjawab apa, jadi ia menyenggol bahu Shane, yang saat itu membisu seolah mulut nya tergembok dan kunci nya hilang entah kemana, namun ia masih mencoba berbicara, sesulit apapun itu. '' kurasa lebih baik kita ke rumah mereka sekarang '' Mark yang sedari tadi masih celingak celinguk segera merespon,
'' oh ya! Ide bagus Shane ''. Mereka pun pergi ke rumah Brian dan Kian, yang memang masih memiliki hubungan saudara dan tinggal serumah,
***
'' HEY MARK! I MISS YOU SO FUCKING MUCH! '' jeritan itu terdengar bahkan ketika mereka belum sampai di depan pagar, Mark tersenyum, ia biarkan amarah nya meleleh dalam hangatnya pelukan kerinduan itu. '' baiklah.. Mana Brian? '' tanya nya. Tak ada yang mau menjawab, hingga seseorang muncul dari balik pintu dan berkata, '' Hey Mark, tampak nya kau merindukanku setengah mati ya '' Mark hanya diam, wajah nya terpaku dan kelopak mata nya menolak untuk berkedip. '' ayolah... Kau tak ingin memelukku? '' Mark masih terpaku dalam diam, untuk pertama kali nya, ia lupa bagaimana cara menggerakkan tubuh nya. '' kau... ? '' ia mulai memaksa lidah nya untuk bergerak.
'' ya, aku? Kenapa aku? Apa aku terlalu tampan untuk kau ingat? '' ia tertawa kecil, ya... Mata nya tak salah menangkap bayangan, itu Brian, lelaki yang terduduk lemas di atas kursi roda itu adalah Brian, lelaki yang kulit wajah nya mengkerut itu adalah sahabat yang dulu ia kenal sangat tampan, lelaki yang rambut nya memutih dan semakin menipis itu adalah teman paling konyol yang pernah ia kenal, lelaki yang tubuh nya terlihat semakin kurus itu adalah Brian, ya... Brian. Lalu apa yang terjadi pada nya?...
'' leukimia '' sahut Kian tiba tiba, Mark menghela nafas pelan, lalu di peluk nya Brian dengan desahan nafas yang terdengar semakin tak teratur, '' ayolah Mark, aku sedang tak mencuri permen karetmu kan? '' sahut Brian dengan nada sekonyol yang ia bisa, Mark tak mampu tersenyum, yang ada di fikiran nya adalah seberapa jahat nya ia pada sahabat nya itu.
***
Mereka berkumpul di pelataran teras sambil berdiskusi apa yang harusnya mereka lakukan di malam Tahun Baru.
'' Aku rasa sudah cukup berkumpul dengan beberapa jagung bakar '' usul Nicky,
'' tidak! Itu terlalu biasa, bagaimana kalau kita pergi ke Grenada? '' ketus Mark,
'' hey Mark! Kau gila! Kita tak mungkin membawa Brian pergi jauh! '' Kian kekeh tak setuju
'' sebegitu lemah nya kah aku dimatamu, Kian? '' sahut Brian tiba tiba, lalu ia berlalu dengan kursi roda nya, Kian berusaha mengejar, namun langkah nya terhenti dengan cepat, secepat Mark menggenggam tangan nya. '' apa keadaan semakin memburuk setelah aku kembali ? '' tanya Mark, '' bahkan sebelum kau kembali '' jawaban Shane seolah membuat suasana La Nina berubah panas tanpa kesejukan.
***
Mark berjalan menuju cabin kecil tempat Kian dan Brian membudidayakan Drosera mereka, berharap ia bisa menemukan Brian dan berbicara tentang apapun yang bisa lelaki itu katakan pada nya. Ia membuka pintu dan menemukan Brian sedang bermain dengan satu pot drosera yang berwarna kemerahan, kelopak nya menganga dan mengeluarkan tentakel berlendir yang siap menerkam golongan plantae kecil yang berterbangan di sekitar nya. '' hai Brian '' sapa nya, lelaki itu menoleh, lalu dengan cepat meletakkan tumbuhan itu dan membalas sapaan Mark. '' aku tak menyangka kau bisa merawat semua ini '' sahut Mark dengan mata yang tak henti menatap sekeliling, Cabin kecil itu penuh dengan Drosera di setiap sisi nya, terkadang terlihat mengerikan jika setiap kelopak bunga itu sempat membuka dan mengeluarkan tentakel berlendir mereka dengan gerakan serentak, namun setidak nya Mark tahu, pencernaan drosera tidak sebesar Rafflesia, jadi bunga itu tak mungkin memakan manusia.
'' bukan hanya aku, Kian juga banyak membantu '' Mark tersenyum. Di sudut jendela Cabin, ia melihat satu pot Drosera yang berbeda, warna nya memang sama sama merah bercampur hijau, termasuk pot nya yang juga berwarna hitam, namun ada banyak amplop kecil tergantung di sana. '' apa ini? Kau menulis harapan di dalam nya? '' tanya Mark, Brian tersenyum.
'' ya... Seperti penduduk Jepang ''
'' kau tak menggunakan sasa? Atau sakura?''
'' aku rasa tidak perlu, Drosera lebih indah dari itu ''
'' boleh aku membaca nya ''
'' ya... Tentu saja, jika kau bisa mengabulkan sekian banyak amplop itu '' Mark tertawa kecil, tanpa pikir panjang, ia ambil satu amplop dengan hati hati, lalu di baca nya perlahan.
'' Puerta Del Sol, pesta ulang tahun dan tahun baru terakhir dengan 12 buah anggur yang penuh cinta '' Mark terdiam beberapa saat, entah kenapa, ia seperti mendapatkan solusi tentang perayaan Tahun Baru nanti. Ia berjalan ke arah Brian dan duduk di samping Lelaki itu. '' sudah? Cepat sekali .... '' sahut Brian.
'' ya... Aku hanya butuh satu amplop ''
'' kenapa ? ''
'' hey... Ayolah.. Kau pikir aku bisa mengabulkan semua permintaan konyolmu? '' Brian tertawa kecil, '' apa semua itu konyol? '' tanya nya.
'' entahlah... Aku baru membaca satu, tapi aku rasa iya. Apa yang tak konyol dari dirimu? '' Brian tersenyum kecil, namun tiba tiba ia menunduk pelan, '' penyakit ini, ini semua tidak konyol Mark '' Mark terdiam untuk beberapa saat, ia tau seberapa besar dosa nya pada sahabatnya itu, karna ia sama sekali tak berada di sisi Brian ketika ia sakit.
'' Brian, God knows you are strong. And God knows you can '' sahutnya sembari menepuk kecil bahu Brian. Brian hanya menghela nafas pelan, lalu ia kembali mengelus elus kelopak Drosera yang menutup,
'' kau tau Mark, aku pikir aku adalah Drosera, yang peka, dan kuat. Aku pikir aku bisa seindah mereka ketika terbias senja, dan entah kenapa, aku selalu berfikir kalian lah senja itu. Karna senja adalah kekuatan, sumber keindahan, dan aku tau seberapa bahagia nya setiap drosera ketika langit mulai tergores senja. Namun aku sadar, aku tak sekuat Drosera, tak sepeka Drosera, tak seindah Drosera. Tapi Mark, aku tau aku masih punya senja, kalian semua.. Ya, yang bisa membuat aku kuat, setidaknya, merasa kuat '' Mark masih diam, ia tahu ia tak perlu menjawab apapun, karna pelukan penuh kehangatan sudah lebih dari cukup sekarang. '' kau tau Mark, aku beruntung memiliki sahabat seperti kalian '' Mark mendesah pelan, kini ia tak tahan untuk tak menangis, '' katakan padaku, apa yang bisa aku lakukan untuk menebus dosaku? '' tanya nya
'' dosa? Dosa apa? ''
'' Brian, apa aku tak jahat dimatamu? Aku sama sekali tak tau kau sakit? Dan kalian, tak satupun yang memberitahuku''
'' Semua terjadi begitu cepat Mark, dan kau... Aku hanya tak ingin merusak hidup indahmu di Oviedo ''
'' mulia sekali Brian, tapi hidupku terasa datar di sana. ''
'' kau yakin? ''
'' ya.. Datar, seperti wajahmu '' Brian tertawa kecil, yang bisa ia tangkap saat itu adalah, Mark, sedang berusaha menghiburnya.
'' lelucon macam apa itu '' protes nya
'' entahlah, aku tak mengerti jenis jenis lelucon sayang ''. Mereka tak bisa menyembunyikan tawa mereka sore itu, dari celah celah ventilasi Cabin, mereka tahu senja sedang mengintip mereka dan tersenyum di atas sana.
***
Malam ini adalah malam pergantian musim, sekaligus malam penambahan umur bagi Brian. Dulu, ketika mereka masih bersama, biasa nya mereka menghabiskan waktu semalaman di markas rahasia dan mengumpulkan beberapa helai daun cemara, ketika jam besar telah berdentang 12 kali, mereka akan menaikkan lampion lilin yang mereka isi dengan daun yang mereka petik, hingga ketika lampion itu terbang, cahaya lilin yang temaram membuat daun daun konifer yang mengkilat kilat itu terlihat sedang berusaha mengintip. Namun sekarang berbeda, Mark, Shane, Kian, dan Nicky telah sepakat untuk membawa Brian ke Ibu Kota, di KM O kota Madrid, Puerta Del Sol. Tempat bersejarah dimana seluruh penduduk Spanyol akan berkumpul di depan jam besar pada malam tahun baru, ketika jam menunjukkan pukul OO.OO dan berdentang 12 kali, setiap orang akan memakan 12 anggur satu per satu, dentang pertama untuk anggur pertama, dentang kedua untuk anggur ke dua. Hingga di dentang ke dua belas, mulut mereka penuh dengan 12 buah anggur.
Lima sekawan menyatu bersama ribuan penduduk spanyol yang tumpah ke jalanan. Pada malam ini, tak ada satu kendaraan pun yang bisa masuk ke jalan, semua penuh luapan penduduk.
'' aku rasa kita bisa bertemu Raquel Del Rosario di sini '' sahut Shane
'' ohh tentu saja bisa Shane, siapa lagi yang mau kau temui? Alonso? Atau bahkan pangeran Charles dan Ratu Elizabeth? '' jawab Nicky ketus, mereka hanya tertawa, sementara Nicky mendapat pukulan ringan dari Shane yang mendarat di bahu nya.
Mereka sampai di Puerta Del Sol ketika tempat itu seperti sudah menjadi lautan manusia. Digenggaman tangan mereka sudah ada 12 anggur yang siap masuk ke mulut mereka di malam tahun baru nanti.
Jarum jam raksasa di Puerta Del Sol mulai merangkak dari satu angka ke angka yang lain, hingga ia sampai di angka terakhir, 12. Tak ada suara lain yang terdengar pada detik itu, semua hening, kecuali dentangan jarum jam yang diiringi dengan masuknya anggur satu per satu ke mulut seluruh warga Spanyol. Mereka tertawa, tak sedikit dari mereka yang menyipratkan anggur yang telah mendarat di lidah mereka sebelum nya, Brian salah satu nya, ia tak mampu menahan tawanya hingga 12 anggur itu berebut keluar dari mulut nya. Brian menoleh ke samping, berniat untuk melihat ekspresi konyol para sahabatnya, namun tak ada satupun dari mereka di sana, '' Mark! Shane! '' panggil nya, namun tak ada jawaban. Ia mencoba menembus keramaian dengan kursi roda nya sambil terus menjerit, '' Kian, Nick... Kalian dimana? '' masih tak ada jawaban, tiba tiba ada seseorang yang menyenggol bahu nya, '' Kau Brian? '' tanya nya, Brian mengangguk, lalu orang itu memberinya setangkai bunga Drosera yang terbuat dari kertas, '' Jalan terus ya, ke arah patung Beruang '' ia tak mengerti apa maksud orang itu, namun ia tak punya pilihan lain, jalan terus, ke arah patung Beruang.
Brian terus mendorong kursi nya menuju patung Beruang, semakin ia mendekat ke arah patung itu, semakin banyak orang yang memberi nya bunga Drosera yang terbuat dari kertas. Hingga ia sampai di depan patung Beruang yang sedang menggigit daun pohon Madrono di tengah tengah Puerta Del Sol, semua orang tiba tiba bertepuk tangan sambil bernyanyi, '' feliz cumple Brian, feliz cumple Brian, feliz cumple, feliz cumple, feliz cumple Brian.... '' lalu Mark, Kian, Shane dan Nicky muncul dari balik pohon Madrono dengan setangkai bunga Drosera kertas. '' untuk melengkapi umur mu malam ini, Feliz cumple Mi Amigo '' Brian tersenyum, baru di sadari nya ada 16 bunga Drosera kertas di tangan nya, dan Drosera yang baru saja ia terima, menjadi pelengkap umurnya tahun ini, 17. '' happy sweet 17th mi amigo '' sahut Shane, Brian tersenyum, '' muchas gracias '' jawabnya, dari balik kelopak matanya, ada ribuan tetes air mata yang memaksa untuk keluar, hingga ia tak mampu untuk tetap menahan nya.
***
Malam ini, ketika kami tak bisa memberikan apapun, kami tahu kami masih punya sedikit harapan untuk membuat mu tersenyum. kami tahu, kami tak punya banyak waktu untuk terus menunggu, meski kau masih di sini sekarang, kami tahu kau akan segera pergi, setidaknya.... semua orang memang akan pergi kan?...
Brian... Kau memang kuat, kuat seperti Drosera, peka seperti Drosera, dan indah seperti Drosera. kau lah Drosera itu, Drosera di balik senja, Drosera milik kami.
'' we meet by chance and fall into a '' friendship '', now our differences keep us strong making our friendship grow more and more through the passing time, you are the best thing ever been mine :) ''
THE END
i join the westlife author writing competition :)
*amsorryifitlooksreallystrange*
Oh ya, ini request hehe.penjelsan bbrp istilah
presipitasi : proses hujan
La Nina : musim penghujan
Drosera : species bunga pemakan tumbuhan seperti kantong semar
Sasa : pohon bambu yang biasa digunakan warga jepang untuk menggantungkan amplop harapan
Puerta Del Sol : O KM kota Madrid
Pohon Madrono : pohon suci Spanyol
Mi amigo : kawanku(male)
Feliz cumple : selamat ulang tahun
Muchas gracias : thx so much
No comments:
Post a Comment
already read my story why dont you gimme some word :)